Kali ini saya akan menyampaikan beberapa hadits yang saya ambil dari kitab Riyadh as-Shalihin karya Imam an-Nawawi rahimahullah, khususnya pada bab al-Iqtishad fi ath-Tha’ah (Tidak Berlebihan dalam Beribadah). Berikut hadits-haditsnya.
“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumah ‘Aisyah dan kebetulan di sana ada seorang perempuan (sedang bertamu). Kemudian beliau bertanya, ‘Siapakah ini?’ ‘Aisyah menjawab, ‘Ini adalah fulanah yang terkenal shalatnya’. Nabi bersabda, ‘Ah, beramallah kalian sesuai kemampuan kalian. Demi Allah, Allah tidak akan jemu untuk menerima amal kalian sehingga kalian sendirilah yang merasa jemu. Pengamalan agama yang paling disukai oleh Allah adalah yang dikerjakan secara terus menerus’.” (Muttafaq ‘alaih)
“Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Ada tiga orang yang datang ke rumah istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah mereka diberitahu, seakan-akan mereka menganggap ibadah Nabi hanya sedikit, dan mereka berkata, ‘Di manakah tempat kami dibandingkan dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau telah diampuni semua dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang’. Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Saya selamanya shalat sepanjang malam’. Yang lain berkata, ‘Saya selamanya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah berbuka’. Yang lain lagi berkata, ‘Saya menjauhkan diri dari perempuan dan tidak akan kawin selama-lamanya’. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan berkata kepada mereka, ‘Kaliankah yang tadi berkata demikian dan demikian? Demi Allah, sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, tetapi saya berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur malam, dan saya juga menikah dengan perempuan. Barangsiapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku’.” (Muttafaq ‘alaih)
“Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam masjid kemudian beliau mendapatkan tali yang terpasang memanjang di antara dua tiang, beliau lantas bertanya, ‘Tali apakah ini?’ Para shahabat menjawab, ‘Tali ini dipasang oleh Zainab, jika dia merasa letih (dalam shalat) ia berpegangan dengan tali itu’. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lepaskanlah tali itu. Seseorang di antara kalian hendaknya shalat dalam keadaan segar, bila ia merasa letih hendaklah tidur saja’.” (Muttafaq ‘alaih)
“Dari Abu Muhammad ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn ‘al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberitahu tentang ucapan saya yaitu, ‘Demi Allah, selama hidup saya akan selalu berpuasa pada siang hari, bangun sepanjang malam untuk shalat.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Engkaukah yang berkata itu?’ Maka aku menjawab, ‘Benar wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Engkau tak akan mampu melakukan hal itu. Berpuasa dan berbukalah, tidur dan bangun malamlah, dan berpuasalah tiga hari setiap bulan karena sesungguhnya kebaikan itu pahalanya dilipatgandakan sepuluh kali, itu sudah seperti puasa sepanjang tahun.’ Saya berkata, ‘Sesungguhnya saya mampu lebih dari itu.’ Nabi berkata, ‘Kalau begitu, puasalah sehari dan berbukalah dua hari.’ Saya berkata, ‘Sesungguhnya saya mampu lebih dari itu.’ Nabi berkata, ‘Kalau begitu, puasalah sehari dan berbukalah sehari, itulah puasa Nabi Dawud shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan itulah puasa yang paling baik (dalam riwayat lain), itulah puasa yang paling utama.’ Aku kembali berkata, ‘Sesungguhnya saya mampu lebih dari itu.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak ada yang lebih utama daripada itu.’ Abu Muhammad berkata, ‘Seandainya saya dulu menerima anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpuasa tiga hari setiap bulan, itu lebih saya sukai dibanding keluarga dan harta kekayaan’.” (Muttafaq ‘alaih)
Masih banyak hadits shahih yang mengajarkan kepada kita untuk sederhana dalam beribadah. Yang penting semua kewajiban terlaksana, sedangkan ibadah sunnah yang penting konsisten dan disesuaikan kemampuan. Di kitab Riyadh as-Shalihin, hadits-hadits tentang ini lebih banyak lagi dikemukakan. Silakan merujuk langsung ke kitab tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar